✶ ˖࣪ 𓄹࣪ Membuang waktu ⏧ ·₊. 

  Waktu ibarat wadah yang digunakan untuk menampung amal perbuatan kita, dan amal tersebut hanya terklasifikasi menjadi dua, adakala amal ya...


 

Waktu ibarat wadah yang digunakan untuk menampung amal perbuatan kita, dan amal tersebut hanya terklasifikasi menjadi dua, adakala amal yang bermanfaat dan yang kedua amal yang membahayakan. Adapun manusia berperan sebagai alat yang melakukan pekerjaan amal tersebut. Dan membuang waktu pada perkara yang tidak penting itu lebih besar keberadaanya dari pada kematian. Hal itu,disebabkan karena manusia yang meninggal dunia itu hanya rugi pada keduniaannya saja, akan tetapi, gara-gara menyia-yiakan waktu mengantarkan dirinya pada dua kerugian, didunia merugi diakhirat juga merugi.


Sehingga juah-jauh hari Allah Shubhanahu wa ta’alla telah mewanti-wanti kita dengan perintah -Nya agar kita selalu menjaga waktu, dengan menyibukkan pada pekerjaan amal sholeh, bisa dengan sholat, atau puasa, berhaji, berbuat kebajikan, berdzikir, bersyukur, beramal, jihad, dan mencari nafkah atau yang lainnya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan dalam firman -Nya:


 قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ١٦٢ لَا شَرِيْكَ لَهٗ ۚوَبِذٰلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ  [ الأنعام: 162-163]


“Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi -Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. [al-An’aam/6: 162-163].


Pada suatu ketika aku pernah melihat ada orang yang mencabik-cabik waktunya dengan cara yang terburuk, dirinya rela berkorban, baik fisik maupun pikiran untuk sesuatu yang tidak berfaedah sama sekali, tidak pula membawa kebaikan didalamnya, yaitu nongkrong dipinggir jalan, sambil menyapu bersih pemandangan orang yang lewat dihadapannya, menanggalkan kehormatan, melepas lidah, pendengaran serta matanya pada perkara yang diharamkan oleh Allah tabaraka wa ta’ala. Allah Shubhanahu wa ta’alla mengingatkan hal itu dalam firman-Nya:


وَمَنْ يَّكُنِ الشَّيْطٰنُ لَهٗ قَرِيْنًا فَسَاۤءَ قَرِيْنًا [ النساء: 38]


“Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang paling buruk”. [an-Nisaa’/4: 38].


Aku berkata dalam hati, “Adapun orang semacam ini apakah mampu untuk memahami dirinya sendiri, bisa terbangun dari tidur panjang kelalaiannya, kemudian menginvestasikan sisa umurnya untuk beramal sholeh, dan segala perkara yang mampu mendekatkan diri kepada Rabbnya, dan mencari sesuatu yang bisa membawa manfaat untuk dunia dan akhiratnya? Sungguh dirinya termasuk dari kalangan yang diseru oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam firman -Nya:


 وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا [ الاسراء: 36]


“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”.[al-Israa’/17: 36].


Demikian pula masuk dalam firman -Nya:


فَوَرَبِّكَ لَنَسْـَٔلَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ ٩٢ عَمَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ[ الحجر: 92-93]


“Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu”. [al-Hijr/15: 92-93].


Dan juga firman -Nya:


 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ارْكَعُوْا وَاسْجُدُوْا وَاعْبُدُوْا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ  [ الحج: 77]


“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan”. [al-Hajj/22: 77].

Referensi : almanhaj.or.id

𓆦 Fiqih.

You might also like my blog, maybe?

0 comments